Rabu, 30 Oktober 2013

TUGAS TARI NUSANTARA



1. Tari Seudati Aceh :)




Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Tari Seudati berasal dari kabupaten Pidie. Seudati termasuk salah satu tari tradisional Aceh yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian pembinaan hingga ke tingkat Sekolah Dasar. Tari Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam. 

Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama. Dalam ratoh, dapat diceritakan berbagai hal, dari kisah sedih, gembira, nasehat, sampai pada kisah-kisah yang membangkitkan semangat. Ulama yang mengembangkan agama Islam di Aceh umumnya berasal dari negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah yang dipakai dalam seudati umumnya berasal dari bahasa Arab.  

Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.
Seudati Menggambarkan semangat perjuangan, sikap kepahlawanan, keriangan, kelincahan, serta sikap hidup yang dinamis, kegotong royongan dan persatuan.
 

Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah yang diikatkan di kepala; dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam. 

 

2. Tari Gantar

 

Tarian Gantar yang artinya tongkat (yang sebenarnya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.

  Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada saat upacara adat saja, menurut versi cerita yang lain bahwa tari gantar merupakan tarian yang dilaksanakan pada saat upacara pesta tanam padi

  Konon menurut mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Tunjung dan Suku Bangsa Dayak Benuaq bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari cerita di Negeri “Dewa Nayu” yang diyakini sebagai tempat Dewa Nirwana yang bernama Negeri Oteng Doi.

  Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang bernama Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan damai di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang bernama Dolonong Utak Dolonong Payang ke keluarga Oling Besi Oling Bayatn, tanpa disangka dan diduga oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak tenyata beritikad buruk. Oling Besi dibunuhnya dengan tujuan dapat menikahi istri Oling Besi. Peristiwa tersebut terjadi didepan mata istri dan kedua anak Oling Besi.Akhirnya istri Oling Besi menerima dolonong akan tetapi kedua anaknya masih menyimpan dendam pada ayah tirinya.

Sampai mereka dewas merekapun berhasil membunuh ayah tirinya dan terbalaslah dendam mereka.. Kedua putri tersebut bersuka cita dan mengungkapkannya dengan menari-nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Ungkapan kepuasan membunuh Dolonong Utak itu di lakukan hingga beberapa hari. Begitulah peristiwa yang terjadi di alam Dewa Langit.

GERAKAN TARI GANTAR 

Gerakan tangan memegang Kusak

Dasar gerakan tangan dan cara memegang Kusak:

Keempat jari tangan yang memegang Kusak,   menggemgam dari bawah ke atas, sedangkan ibu jari   melingkari Kusak dari atas.

•Gerakan tangan memegang Senak (Tongkat)

 Dasar gerakan tangan yang memegang Senak dan cara   menggenggamnya:

  Keempat jari tangan memegang Senak, menggenggam   dari sisi luar ibu jari menutup dari atas ujung tongkat   (Senak)

 

•Gerakan Kaki dan Berjalan

Posisi awal kedua kaki sejajar. Sebelum kaki dilangkahkan, ujung jari kaki menumpu atau menyentuh lantai baru kemudian dilangkahkan, gerakan ini dilakukan bergantian dengan kaki melangkah kanan, kiri, kana, kiri dalam hitungan 1 sampai 4 atau sesuai yang dikehendaki pelatih tari.

Tumit kaki menumpu lantai, sebaliknya jari-jari kaki ke atas dengan arah hadap kaki agak ke kanan 25 derajat dan lurus ke depan, lalu tumit kaki diangkat ujung jari-jari kaki menumpu lantai kemudian kaki ditarik ke belakang agak ke samping melampaui kaki kiri ujung jari kaki menyentuh lantai, berat badan pada kaki yang satunya.

Bergerak mundur dengan sebelumnya meletakkan kaki kanan ke depan, arah hadap ke kanan 25 derajat dan lurus ke depan. Tumit kaki kanan tepat di depan ujung jari kaki kiri, kemudian di tarik ke belakang melampaui kaki kiri dilakukan gerakan yang sama dengan bergantian kaki. Ujung jari kaki kanan bertumpu pada lantai tumit di tarik ke atas, berat badan pada kaki kiri. Posisi kaki kanan agak di depan kaki kiri, kemudian ujung kaki kanan membuka ke samping dengan tidak merubah letak kaki bagian tumit hingga kedua kaki membentuk sudut 25 derajat (pada saat kaki bagian ujung membuka ke samping, telapak kaki tidak menyentuh lantai hanya tumit kaki dan berat badan pada kaki kiri). 

 

•Gerakan posisi badan

  Pada dasarnya gerakan dan posisi badan pada saat melakukan gerak Tari Gantar dalam posisi biasa, begitu juga pada gerak dari pedalaman Kalimantan Timur yang lainnya. Kalaupun ada tekanan pada posisi badan itu tidak terlalu ditonjolkan seperti pada waktu badan merendah pantat tidak ditonjolkan kke belakang seperti pada ciri khas Tari Bali, dan tidak membusungkan dada ke depan tetapi badan tetap merendah dengan menekukkan kedua lutut atau salah satu kaki di tari ke depan dan ke belakang hingga badan merendah untuk mengimbangi. Dalam Tari Gantar tidak ditemukan adanya ekspresi wajah sehingga mata, leher, dan kepala tidak berfungsi banyak.

 BUSANA TARI GANTAR

1) Baju atasan

  Baju atasan yang dipakai penari gantar yaitu baju model blus “You Can See” yang biasanya diberi rumbai-rumbai dipinggir lingkaran lengan bajunya, bentuk leher bundar kancing depan. Bahan yang dipergunakan kain polos biasa atau dari bahan tenun ulap doyo, bahan tenun ulap doyo ini bisa di dapat dari masyarakat Dayak Benuaq di Tanjung Isuy. Sebagai pengganti blus penari bisa juga mengenakan kebaya panjang atau setengah lengan yang terbuat dari bahan atau kain tenun.

 

2) Ta’ah

  Bawahan penari Gantar menggunakan kain Sela atau Ta’ah dengan ukuran lebar 2 kali ukuran lingkaran pinggang. Diukir atau dihiasi uang logam. Bisa juga pinggirannya ditempel kain perca tang berwarna-warni. Bahan terdiri dari kain polos atau tenun doyo.

3) Hiasan kepala

  Bagian kepala memakai Labung yaitu hiasan kepala yang diikat seputar kepala yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang disebelah belakang menempel kain lurus ke samping atau bisa juga penarinya memakai seraung yaitu topi lebar yang diberi hiasan pada bagian atas serta rumbai-rumbai yang berjuntai pada pinggiran topi. Sebagai perlengkapan penari menggunakan hiasan hiasan kalung manik batu beraneka warna dan pada pergelangan tangan perhiasan gelang manik batu beraneka warna atau gelang sulau yang terbuat dari logam atau tukang. Pada pergelangan kaki di pasang gelang kaki.

 

3. Shang Hyang Dedari


 

Tari Sanghyang adalah salah satu tarian dari pulau Bali.Tari Sanghyang merupakan tarian yang sakral yang tidak untuk dipertontonkan sebagai fungsi pertunjukan, tetapi hanya diselenggarakan dalam rangkaian upacara suci, berunsurkan kerawuhan.

 

Kira-kira pada tahun 1907 di Desa Bona terjadi wabah cacar yang sangat hebat, wabah ini menular dengan cepatnya, sehingga banyak anggota masyarakat yang terserang wabah cacar. Hal ini menimbulkan keresahan dandan kekhawatiran masyarakat Desa Bona, konon ada beberapa anak gadis yang sedang bermain- main dipura puseh mereka membersihkan dan membakar bekas banten-banten yang sudah kering sesudah upacara “odalan”. Sambil menyanyikan lagu-lagu Sanghyang yang pernah didengarnya dari penyanyi- penyanyi Sanghyang. Dengan tidak diduga-duga salah seorang dari anak gadis tersebut kerawuhan (masuknya roh suci kedalam badan manusia tatkala manusia kehilangan kesadarannya), kemudian menari- nari mengikuti irama lagu tadi. Mengetahui hal ini masyarakat setempat memutuskan untuk nangiang Sanghyang Dedari, dengan harapan agar dapat menanggulangi wabah yang sedang berjangkit. Sejak saat itulah  adanya Sanghyang Dedari di Desa Bona.

KOSTUM

Hiasan kepala :
Gelungan pepudakan lengkap dengan bancangan dan bunganya.
Hiasan badan :
Kain putih,baju putih, sabuk putih, lamak, simping, oncer, ampok- ampok, gelang kaki, dan gelang tangan dari perak dan tembaga.
Perlengkapan yang dibawa berupa kipas.
Didalam kostum ini warna putih memegang peranan penting sebagai lambang kesucian, karena tarian ini merupakan tarian kedewi- dewian. Penggunaan gelang kaki dapat menimbulkan suara yang gemercik bila bersentuhan satu sama lainnya, tatkala Sanghyang Dedari ini menari.

 

IRINGAN

Berdasarkan sumbernya iringan dapat berupa : instumen dan vokal

Sejak berdirinya sampai saat ini, Sanghyang Dedari di Bona menggunakan iringan vokal yang berlaraska Slendro dan Pelog. Laras Slendro merupakan urutan nada- nada yang didalam satu “Gembyongan”(oktaf) terdiri dari lima buah nada pokok dengan sruti (interval) yang sama.

Laras pelog merupakan urutan nada- nada yang didalam satu oktafnya terdiri dari lima buah nada pokok dan mempunyai dua buah macam “ Sruti “ yaitu sruti panjang dan sruti pendek. 

4. YAPONG

 

Tari Yapong merupakan suatu jenis tarian tradisional yang diciptakan untuk pertunjukan. Yapong diciptakan oleh Bagong Kusudiardjo awal tahun 1975 sebagai bagian Teater Tari Pangetan Jayakarta dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Tari untuk perempuan ini awalnya banyak dipengaruhi oleh tarian Topeng Blantek.

adanya instrumen rebana juga memengaruhi perkembangan tarian ini, gerakan Gitek Balen diciptakan oleh Abdurachman merupakan respon dari suara rebana tersebut. Gitek berarti goyang, dan Balen merupakan pola dari pukulan instrumen tersebut. secara keseluruhan, tarian yang kita kenal sebagai Tari Yapong ini merupakan gambaran dari dinamika tubuh perempuan dewasa.

Kostum yang digunakan untuk tari yapong adalah kain jarik warna merah,kemben merah berpayet,selendang kecil,ikat pinggang merah,sanggul,giwang,kalung,jamang dengan bunga di atasnya,serta sambur.


Tari Yapong merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang dinamis dan erotis. Dalam adegan tersebuT dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta. Adegan ini dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun. Namun istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah "ya-pong" dan berkembang menjadi Yapong.

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar